ADAPTASI MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP KERENTANAN FISIK PESISIR PULAU BINTAN

Authors

  • Yunia Witasari Research Center For Oceanography
  • Singgih Prasetyo
  • Helfinalis .

DOI:

https://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2020.004.03.16

Abstract

Pulau Bintan sebagai salah satu pulau kecil yang secara geografis posisinya menghadap Laut Cina Selatan, sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi dan oseanografi.  Selain itu, intensitas pelapukan di daratan Pulau Bintan yang tinggi karena cuaca dan iklim yang ekstrim telah terjadi sejak jutaan tahun menyebabkan perubahan topografi pesisir. Perubahan garis pantai yang dinamis juga kerap terjadi di daerah kepulauan yang terletak menghadap laut lepas atau samudera. Faktor kegiatan manusia yang makin meningkat juga tidak bias diabaikan, seperti penambangan bauksit, pasir laut, konversi dan alih fungsi lahan di daratan, semua hal tersebut akan berdampak terhadap tingkat kerentanan fisik wilayah pantai, dan imbasnya adalah kesejahteraan masyarakat pesisir.

Kajian mengenai perubahan fisik wilayah pesisir khususnya kawasan wisata, aspek kimiawi pelapukan batuan, dan aspek biologi perairan,  sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa besar dampak perubahan tersebut terhadap sosial ekonomi masyarakat  pesisir di Pulau Bintan.

Aspek penelitian berdasarkan data meteorologi (curah hujan, suhu, angin), pasang surut, turbiditas, elevasi kawasan pantai, statistik demografi dan kronologi sedimentasi. Analisis data yang dilakukan meliputi a) elevasi (ketinggian) kawasan pantai terhadap muka laut rata-rata menggunakan alat ukur theodolite; b) analisis anomali meteorologi (curah hujan, angin, suhu udara) hingga 30 tahun ke belakang dengan data dari BMKG; c) data pasang surut (hingga 10 tahun ke belakang) dari dishidros; d) data kekeruhan (turbiditas) menggunakan citra lansat secara temporal (hingga 30 tahun ke belakang); e) kimia unsur silikat, fosfat dan  nitrat untuk mengetahui dekomposisi  sedimen f) lapisan sedimen secara kronologis, g) data tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir (melalui wawancara dan data statistik dari aparat daerah).

Analisis tingkat kerentanan pantai dan pesisir mengacu pada metode CVI (Coastal Vunerability Indeks) dan SIDIK (Sistem Informasi data indeks kerentanan) berdasarkan bobot dan skor variable yang ditetapkan oleh USGS dan disesuaikan dengan area kajian. Hasil dari pembobotan skor diperoleh bahwa skor kerentanan lingkungan fisik kawasan wisata tergolong kategori rendah-sedang.  Faktor rentannya lebih dipengaruhi oleh faktor geomorfologi dan sifat fisik sedimen, sedangkan faktor oseanografi hanya berpengaruh besar pada puncak peralihan musim.

Kerentanan masyarakat pesisir tergolong rendah di kawasan wisata, namun di kawasan perikanan tergolong tinggi (skor 4), yaitu di desa Kawal dan Berakit. Tingginya kerentanan masyarakat pesisir di kawasan perikanan ini lebih dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya daripada faktor alam/iklim. Oleh karena itu, strategi adaptasi yang tepat adalah strategi akomodatif, dengan pertimbangan sumber daya alam masih mendukung dan berada di kawasan ekonomis, sehingga masyarakat tetap bisa beraktifitas dikawasan ini dengan lebih adaptif dalam memaksimalkan fungsi lahan.

 

Kata Kunci : Kerentanan Lingkungan Fisik, kawasan wisata bahari, masyarakat pesisir,  perubahan iklim

 

 

Downloads

Published

2020-11-17

Issue

Section

Articles